Smart Mobility di Indonesia
Kota-kota di dunia terus mencari cara baru untuk menciptakan sebuah kota yang cerdas dan nyaman untuk dihuni. Pemanasan global, ledakan penduduk, dan pertumbuhan kendaraan pribadi, menjadi sejumlah faktor yang membuat berbagai kota di dunia memikul beban yang kian berat.
Kota-kota besar di Indonesia tak terkecuali, bahkan menjadi contoh
konkret wajah kota yang semakin tidak layak huni. Tak heran jika pada 11
Agustus 2014, sebuah kongres berskala dunia di gelar di Jakarta, Kongres Dunia
ke-24 Eastern Regional Organization for Planning and Human Settlements
(EAROPH).
EAROPH adalah organisasi multisektoral yang didirikan guna mendorong
pertukaran dan wawasan antarnegara di kawasan Asia Pasifik. Anggotanya, antara
lain, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, India, Hongkong,
Filipina, Banglades, Thailand, dan Indonesia. Wakil Menteri Perhubungan RI,
Hermanto Dardak, saat ini menjabat Presiden EAROPH.
Dalam sambutannya, ia mengatakan, kota-kota di dunia kini memasuki fase
urbanisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kota-kota sudah kelebihan
beban, kualitas lingkungan terdegradasi, konsumsi energi yang semakin tinggi
banyak, polusi kendaraan bermotor. Sejumlah hal mengemuka dalam kongres, antara
lain, perlunya mengurangi mobilitas warga dan perlunya transportasi massal yang
murah dan nyaman.
Bagi kota-kota di negara maju, ini bukan perkara sulit. Tapi bagi
negara-negara berkembang berpenduduk besar, dengan pertumbuhan kelas menengah
yang tinggi seperti Indonesia, maka solusi transportasi massal tidak semudah
membalik telapak tangan.
Sejak beberapa dekade lalu, rencana kebijakan untuk menciptakan sistem
transportasi massal di kota-kota besar di Indonesia sudah didengung-dengungkan.
Hasilnya? Tak ada yang benar-benar konkret. Pembangunan monorail di ibu kota
Jakarta saja sudah terkatung-katung sedemkian lama hingga saat ini.
Dalam buku Satu Dasawarsa Membangun untuk Kesejahteraan Rakyat yang
diterbitkan Sekretariat Kabinet RI (2014), jumlah kelas menengah Indonesia
dilaporkan naik 19,7 persen pada 2013. Pada tahun 2004, jumlah kelas menengah
Indonesia baru sekitar 37 persen. Namun sembilan tahun kemudian, meningkat 19,7
persen menjadi 56,7 persen. Bank Dunia bahkan menyebut setidaknya 60 persen
orang Indonesia masuk dalam kelas menegah.
Salah satu ukuran tumbuhnya kelas menengah ditandai dengan peningkatan
statistik pemilik kendaraan bermotor, khususnya roda empat. Data Gabungan
Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) lima tahun terakhir,
menyebutkan, pasar otomotif domestik Indonesia mencapai 1.229.811 unit pada
akhir 2013. Bandingkan dengan data tahun 2009 yang masih di angka 486.088 unit.
Dari sisi produksi, juga meningkat pesat dari 464.816 unit (2009) menjadi
1.206.368 unit.
Logika paling sederhana, kendaraan bermotor membutuhkan bahan bakar dan
ruas jalan yang memadai. Ironisnya, dua hal itu justru tidak mendukung. Jumlah
kendaraan bermotor bertambah, tapi ruas jalan nyaris tidak bertambah sementara
ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) terus menurun.
Di ibu kota, data pada Pemrov DKI Jakarta dan Polda Metro Jaya pada
2013, menyebutkan, jumlah kendaraan roda empat mencapai 2.541.351 unit,
sementara pertumbuhan panjang ruas jalan hanya 0.01 persen setiap tahun.
Ketidaksinkronan seperti ini juga terjadi di hampir semua kota besar di Tanah
Air.
Sementara itu, kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam
rilis resminya pada 5 Agustus 2014 mengenai pengendalian BBM, menyebutkan,
adanya kenaikan volume BBM bersubsidi yang antara lain disebabkan pertumbuhan
jumlah kendaraan bermotor.
Mengutip data GAIKINDO dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia
(AISI), dalam 3 tahun terakhir, rata-rata angka penjualan mobil mencapai 1,1
juta unit per tahun, motor 7,6 unit per tahun. Untuk tahun 2014, target
penjualan mobil mencapai 1,25 juta unit sementara penjualan motor ditargetkan 8
juta unit.
Celakanya, tingginya disparitas harga BBM bersubsidi dengan BBM Non
Subsidi telah mengakibatkan migrasi pengguna BBM Non Subsidi ke BBM Subsidi.
Masalah pelik ini memaksa pemerintah menerapkan kebijakan pengendalian
penggunaan BBM, dan kemungkinan besar penghapusanBBM bersubsidi.
Sementara itu, dalam salah
satu sesi konferensi Indonesia International Automotive Conference (IIAC) yang
mengiringi penyelenggaraan IIMS 2014, terungkap semakin tingginya kesenjangan
antara angka produksi serta konsumsi BBM, dengan perkiraan cadangan minyak
Indonesia akan habis dalam 12 tahun mendatang.
Walhasil, Indonesia seperti menghadapi buah simalakama. Ketika industri
otomotif dalam negeri tengah bersemi, seiring pesatnya pertumbuhan jumlah kelas
menengah, infrastruktur pendukungnya justru tak mampu mengiringi.
Dalam situasi seperti inilah ajang pameran otomotif terbesar di Tanah
Air, The 22nd Indonesia International Motor Show (IIMS) 2014 digelar dengan
semarak. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pengunjung pameran membludak, Agen
Pemegang Merek (APM) otomotif berlomba memikat konsumen dengan program diskon,
transaksi pun meningkat.
Sepintas, GAIKINDO dan para APM seolah tak peduli dengan persoalan yang
ada. Ada pandangan bahwa kewajiban mereka hanya berjualan mobil. Semakin banyak
semakin bagus. Dari sisi sebaliknya, konsumen otomotif pun seolah tak mau
peduli dengan kondisi infrastruktur jalan dan ketersediaan bahan bakar murah.
Merasa punya duit cukup, kebetulan ada pameran dan diskon menarik, maka tak
perlu berpikir terlalu panjang.
Jika Anda tidak datang langsung ke arena IIMS 2014, maka pandangan
seperti itu menjadi wajar. Tapi jika Anda datang berkeliling dan mau mencermati
mobil-mobil yang dipamerkan di setiap booth, maka pandangan Anda akan berubah.
IIMS 2014 yang mengusung tema holistik Smart & Safe Mobility
sesungguhnya memiliki komitmen yang kuat untuk mengatasi persoalan pelik yang
ada. Tema itu bukan sekadar pepesan kosong agar perhelatan ini terkesan berbau
internasional.
kendaraan di segmen menengah sekalipun – atau kendaraan yang paling
diburu masyarakat kelas menengah Indonesia- sudah mengadopsi
teknologi-teknologi terkini, yaitu teknologi yang berbasis pada konsep Smart
Mobility.
Konsep “mobilitas cerdas” pernah ditunjukkan di booth Honda pada ajang
Tokyo Motor Show 2013, Desember tahun lalu. Di area khusus yang disebut Smart
Mobility City, tampak gambaran masa depan alat transportasi personal beserta
teknologi terkini yang mengiringinya.
Pada dasarnya, mobilitas atau pergerakan merupakan bagian kehidupan
setiap manusia. Namun, dengan ”mobilitas pintar”, diharapkan pada masa depan
proses tersebut dapat mengatasi berbagai tantangan. Misalnya mengurangi dampak
lingkungan, kemacetan, kecelakaan, dan persoalan pelik lainnya.
IIMS 2014 memang belum menampilkan area seperti itu. Tapi beberapa
booth, seperti Toyota, Daihatsu, Honda, Mitsubishi, dan Subaru, memajang
sejumlah mobil konsep masa depan. Termasuk kendaraan personal semisal Toyota
FV2 (Personal Mobility) dan FCV (Fuel Cell Vehicle) Next Generation
berbahan bakar hidrogen.
Di luar mobil-mobil konsep, sesungguhnya semua unit produksi yang
dipamerkan di lantai pameran IIMS 2014 sudah jauh lebih maju dibanding generasi
kendaraan-kendaraan masa lalu. Teknologi cerdas yang diterapkan pada kendaraan
penumpang maupun kendaraan niaga masa kini sudah mampu mengatasi banyak masalah
klasik, seperti konsumsi BBM, emisi gas buang, hingga faktor keselamatan.
Sebut contoh, penggunaan metal timing chain yang mampu
memperpanjang kualitas mesin, menghemat biaya perawatan, dan mereduksi konsumsi
bahan bakar. Teknologi shiftronic mode yang menunjang performa
mesin dalam hal akselerasi dan efisiensi bahan bakar. Penggunaan Multi
Information Display (MID) dengan trip computer yang memberi
informasi jarak tempuh, jarak tempuh dan ketersediaan bahan bakar, hingga
rata-rata pemakaian bahan bakar.
Ada pula teknologi EcoBoost yang memadukan turbo-charging dan direct
injection,yang mampu menghasilkan tenaga besar meskipun bermesin kecil. Tak
ketinggalan sejumlah fitur seperti EcoMode yang memberi tips kepada pengemudi
tentang cara cerdas berkendara hemat bahan bakar, fitur iStop/Auto Stop &
Go/Idling Start-Stop di mana kendaraan secara otomatis menghentikan kinerja
mesin saat kendaraan berhenti sehingga penggunaan bahan bakar pun lebih
efisien.
Sebuah teknologi pintar lainnya bernama ECON Mode mampu mengubah sistem
pengendaraan untuk memaksimalkan efisiensi bahan bakar hingga 20% melalui
sistem Drive By Wire, atau fitur Eco Assist yang memberi petunjuk bagi
pengemudi untuk menghemat bahan bakar. Pada fitur ini gaya pengendaraan akan
diukur dan hasilnya akan ditampilkan secara real time pada
indikator warna pada meter clusteryang berubah menjadi hijau
sebagai indikasi konsumsi bahan bakar yang efisien.
Teknologi mobilitas pintar dalam hal keselamatan pengendara, penumpang,
dan pengguna jalan lainnya, pun sudah diadopsi di hampir semua model dan
varian. Di kelas mobil murah sekalipun, teknologi untuk berkendara dengan aman,
nyaman, dan cerdas, sudah dibenamkan pada banyak unit produksi.
Ada teknologi Advance Drive Assist Display (ADAD), Rear View Camera,
Around View Monitor dan Moving Object Detection, Vehicle Dynamic Control (VDC),
Active Ride Control dan Active Engine Brake dengan Anti Lock Braking System
(ABS), Brake Assist (BA), Electronic Brakeforce Distribution (EBD), Cornering
Stability Assist, Emergency Brake, hingga Blind Spot Warning untuk memantau
keamanan di area blind spot.
Berikutnya, ada fitur Lane Departure Warning, Cruise Control, Hill Start
Assist dan Advance Hill Descent Control, Motion Adaptive EPS + VSA yang
berfungsi mencegah gejala oversteer dan understeer saat
menikung, hingga teknologi pengereman pintar Brake Override System yang mampu
mendeteksi saat pedal gas serta pedal rem terinjak bersamaan dan secara
otomatis memprioritaskan fungsi pengereman.
Tak ketinggalan fitur teknologi G-CON + ACE yang berfungsi menyalurkan
dan meredam benturan hebat dari tabrakan untuk keselamatan pengendara,
sekaligus menjaga kabin tetap utuh dan aman, serta atau fitur Pedestrian
Protection yang memberi perlindungan bagi pejalan kaki.
Ada pula ParkSense Parallel/Perpendicular Park Assist yang membantu
pengemudi dalam menemukan tempat parkir yang sesuai, lalu mengambil alih kemudi
dan memarkir kendaran secara otomatis. Pengemudi hanya cukup menginjak pedal
rem untuk mengatur kecepatan serta mengganti posisi transmisi dari D (Drive) ke
R (Reserve) sesuai kebutuhan.
Dengan berlimpah teknologi seperti itu, maka kendaraan-kendaraan roda
empat di Indonesia sebenarnya sudah mampu mengatasi beberapa masalah serius,
khususnya dalam hal ketersediaan bahan bakar dan emisi gas buang.
Ini memang masih jauh dari konsep konsep Smart Mobility City ala Honda,
ataupun Smart Mobility Society yang akan diujicobakan oleh Toyota Motors
Corporation di Grenoble, Perancis, akhir 2014. Bahkan masih belum
memenuhi semua aspek dari program Smart, Green and Integrated Transport dalam
konsep Horizon 2020 yang digagas oleh masyarakat Uni Eropa.
Akan tetapi, melalui tema Smart & Safe Mobility yang diterjemahkan
dengan baik oleh APM-APM peserta, IIMS 2014 setidaknya sudah jauh lebih maju
dalam hal mewujudkan komitmen berkendara cerdas dan bertanggung jawab. Impian
terciptanya sebuah Smart Mobility Society di masa depan di negeri ini, rasanya
bukan sekadar utopia.
IIMS 2014, dan GAIKINDO, juga sudah menunjukkan komitmennya dengan rutin
menggelar konferensi Indonesia International Automotive Conference (IIAC)
bersamaan dengan ajang IIMS, di mana tahun ini IIAC telah memasuki tahun
kesembilan pelaksanaan.
Dari paparan masing-masing narasumber di IIAC ke-9 di Hotel Holiday Inn,
Jakarta, 25 September 2014, mengemuka keprihatinan akan kondisi cadangan sumber
daya minyak di dunia yang kian menipis, sementara kebutuhannya semakin besar,
termasuk sektor transportasi yang saat ini menjadi pengguna energi terbesar.
Semua pihak memang perlu
memperkuat komitmen untuk melaksanakan program otomotif yang berbasis teknologi
ramah lingkungan, seperti Low Cost Green Car (LCGC), kendaraan hybrid,
kendaraan berbahan bakar bio (biofuel), serta kendaraan elektrik. Tentu saja, untuk
mewujudkan semua itu, diperlukan pengembangan menyeluruh (360 degree) dari
semua pihak, baik dari pembuat kebijakan, pelaku industri, dan tentu saja
kesadaran dan kecerdasan konsumen.