Selasa, 28 Juni 2016

SMART MOBILITY


Smart Mobility di Indonesia


Kota-kota di dunia terus mencari cara baru untuk menciptakan sebuah kota yang cerdas dan nyaman untuk dihuni. Pemanasan global, ledakan penduduk, dan pertumbuhan kendaraan pribadi, menjadi sejumlah faktor yang membuat berbagai kota di dunia memikul beban yang kian berat.
Kota-kota besar di Indonesia tak terkecuali, bahkan menjadi contoh konkret wajah kota yang semakin tidak layak huni. Tak heran jika pada 11 Agustus 2014, sebuah kongres berskala dunia di gelar di Jakarta, Kongres Dunia ke-24 Eastern Regional Organization for Planning and Human Settlements (EAROPH).
EAROPH adalah organisasi multisektoral yang didirikan guna mendorong pertukaran dan wawasan antarnegara di kawasan Asia Pasifik. Anggotanya, antara lain, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, India, Hongkong, Filipina, Banglades, Thailand, dan Indonesia. Wakil Menteri Perhubungan RI, Hermanto Dardak, saat ini menjabat Presiden EAROPH.

Dalam sambutannya, ia mengatakan, kota-kota di dunia kini memasuki fase urbanisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kota-kota sudah kelebihan beban, kualitas lingkungan terdegradasi, konsumsi energi yang semakin tinggi banyak, polusi kendaraan bermotor. Sejumlah hal mengemuka dalam kongres, antara lain, perlunya mengurangi mobilitas warga dan perlunya transportasi massal yang murah dan nyaman.
Bagi kota-kota di negara maju, ini bukan perkara sulit. Tapi bagi negara-negara berkembang berpenduduk besar, dengan pertumbuhan kelas menengah yang tinggi seperti Indonesia, maka solusi transportasi massal tidak semudah membalik telapak tangan.
Sejak beberapa dekade lalu, rencana kebijakan untuk menciptakan sistem transportasi massal di kota-kota besar di Indonesia sudah didengung-dengungkan. Hasilnya? Tak ada yang benar-benar konkret. Pembangunan monorail di ibu kota Jakarta saja sudah terkatung-katung sedemkian lama hingga saat ini.
Dalam buku Satu Dasawarsa Membangun untuk Kesejahteraan Rakyat yang diterbitkan Sekretariat Kabinet RI (2014), jumlah kelas menengah Indonesia dilaporkan naik 19,7 persen pada 2013. Pada tahun 2004, jumlah kelas menengah Indonesia baru sekitar 37 persen. Namun sembilan tahun kemudian, meningkat 19,7 persen menjadi 56,7 persen. Bank Dunia bahkan menyebut setidaknya 60 persen orang Indonesia masuk dalam kelas menegah.
Salah satu ukuran tumbuhnya kelas menengah ditandai dengan peningkatan statistik pemilik kendaraan bermotor, khususnya roda empat. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) lima tahun terakhir, menyebutkan, pasar otomotif domestik Indonesia mencapai 1.229.811 unit pada akhir 2013. Bandingkan dengan data tahun 2009 yang masih di angka 486.088 unit. Dari sisi produksi, juga meningkat pesat dari 464.816 unit (2009) menjadi 1.206.368 unit.
Logika paling sederhana, kendaraan bermotor membutuhkan bahan bakar dan ruas jalan yang memadai. Ironisnya, dua hal itu justru tidak mendukung. Jumlah kendaraan bermotor bertambah, tapi ruas jalan nyaris tidak bertambah sementara ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) terus menurun.
Di ibu kota, data pada Pemrov DKI Jakarta dan Polda Metro Jaya pada 2013, menyebutkan, jumlah kendaraan roda empat mencapai 2.541.351 unit, sementara pertumbuhan panjang ruas jalan hanya 0.01 persen setiap tahun.  Ketidaksinkronan seperti ini juga terjadi di hampir semua kota besar di Tanah Air.
Sementara itu, kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam rilis resminya pada 5 Agustus 2014 mengenai pengendalian BBM, menyebutkan, adanya kenaikan volume BBM bersubsidi yang antara lain disebabkan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor.

Mengutip data GAIKINDO dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), dalam 3 tahun terakhir, rata-rata angka penjualan mobil mencapai 1,1 juta unit per tahun, motor 7,6 unit per tahun. Untuk tahun 2014, target penjualan mobil mencapai 1,25 juta unit sementara penjualan motor ditargetkan 8 juta unit.
Celakanya, tingginya disparitas harga BBM bersubsidi dengan BBM Non Subsidi telah mengakibatkan migrasi pengguna BBM Non Subsidi ke BBM Subsidi. Masalah pelik ini memaksa pemerintah menerapkan kebijakan pengendalian penggunaan BBM, dan kemungkinan besar penghapusanBBM bersubsidi.
Sementara itu, dalam salah satu sesi konferensi Indonesia International Automotive Conference (IIAC) yang mengiringi penyelenggaraan IIMS 2014, terungkap semakin tingginya kesenjangan antara angka produksi serta konsumsi BBM, dengan perkiraan cadangan minyak Indonesia akan habis dalam 12 tahun mendatang.


Walhasil, Indonesia seperti menghadapi buah simalakama. Ketika industri otomotif dalam negeri tengah bersemi, seiring pesatnya pertumbuhan jumlah kelas menengah, infrastruktur pendukungnya justru tak mampu mengiringi.
Dalam situasi seperti inilah ajang pameran otomotif terbesar di Tanah Air, The 22nd Indonesia International Motor Show (IIMS) 2014 digelar dengan semarak. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pengunjung pameran membludak, Agen Pemegang Merek (APM) otomotif berlomba memikat konsumen dengan program diskon, transaksi pun meningkat.
Sepintas, GAIKINDO dan para APM seolah tak peduli dengan persoalan yang ada. Ada pandangan bahwa kewajiban mereka hanya berjualan mobil. Semakin banyak semakin bagus. Dari sisi sebaliknya, konsumen otomotif pun seolah tak mau peduli dengan kondisi infrastruktur jalan dan ketersediaan bahan bakar murah. Merasa punya duit cukup, kebetulan ada pameran dan diskon menarik, maka tak perlu berpikir terlalu panjang.
Jika Anda tidak datang langsung ke arena IIMS 2014, maka pandangan seperti itu menjadi wajar. Tapi jika Anda datang berkeliling dan mau mencermati mobil-mobil yang dipamerkan di setiap booth, maka pandangan Anda akan berubah.
IIMS 2014 yang mengusung tema holistik Smart & Safe Mobility sesungguhnya memiliki komitmen yang kuat untuk mengatasi persoalan pelik yang ada. Tema itu bukan sekadar pepesan kosong agar perhelatan ini terkesan berbau internasional.

kendaraan di segmen menengah sekalipun – atau kendaraan yang paling diburu masyarakat kelas menengah Indonesia- sudah mengadopsi teknologi-teknologi terkini, yaitu teknologi yang berbasis pada konsep Smart Mobility.
Konsep “mobilitas cerdas” pernah ditunjukkan di booth Honda pada ajang Tokyo Motor Show 2013, Desember tahun lalu. Di area khusus yang disebut Smart Mobility City, tampak gambaran masa depan alat transportasi personal beserta teknologi terkini yang mengiringinya.
Pada dasarnya, mobilitas atau pergerakan merupakan bagian kehidupan setiap manusia. Namun, dengan ”mobilitas pintar”, diharapkan pada masa depan proses tersebut dapat mengatasi berbagai tantangan. Misalnya mengurangi dampak lingkungan, kemacetan, kecelakaan, dan persoalan pelik lainnya.
IIMS 2014 memang belum menampilkan area seperti itu. Tapi beberapa booth, seperti Toyota, Daihatsu, Honda, Mitsubishi, dan Subaru, memajang sejumlah mobil konsep masa depan. Termasuk kendaraan personal semisal Toyota FV2 (Personal Mobility)  dan FCV (Fuel Cell Vehicle) Next Generation berbahan bakar hidrogen.

Di luar mobil-mobil konsep, sesungguhnya semua unit produksi yang dipamerkan di lantai pameran IIMS 2014 sudah jauh lebih maju dibanding generasi kendaraan-kendaraan masa lalu. Teknologi cerdas yang diterapkan pada kendaraan penumpang maupun kendaraan niaga masa kini sudah mampu mengatasi banyak masalah klasik, seperti konsumsi BBM, emisi gas buang, hingga faktor keselamatan.
Sebut contoh, penggunaan metal timing chain yang mampu memperpanjang kualitas mesin, menghemat biaya perawatan, dan mereduksi konsumsi bahan bakar. Teknologi shiftronic mode yang menunjang performa mesin dalam hal akselerasi dan efisiensi bahan bakar. Penggunaan  Multi Information Display (MID) dengan trip computer yang memberi informasi jarak tempuh, jarak tempuh dan ketersediaan bahan bakar, hingga rata-rata pemakaian bahan bakar.
Ada pula teknologi EcoBoost yang memadukan turbo-charging dan direct injection,yang mampu menghasilkan tenaga besar meskipun bermesin kecil. Tak ketinggalan sejumlah fitur seperti EcoMode yang memberi tips kepada pengemudi tentang cara cerdas berkendara hemat bahan bakar, fitur iStop/Auto Stop & Go/Idling Start-Stop di mana kendaraan secara otomatis menghentikan kinerja mesin saat kendaraan berhenti sehingga penggunaan bahan bakar pun lebih efisien.
Sebuah teknologi pintar lainnya bernama ECON Mode mampu mengubah sistem pengendaraan untuk memaksimalkan efisiensi bahan bakar hingga 20% melalui sistem Drive By Wire, atau fitur Eco Assist yang memberi petunjuk bagi pengemudi untuk menghemat bahan bakar. Pada fitur ini gaya pengendaraan akan diukur dan hasilnya akan ditampilkan secara real time pada indikator warna pada meter clusteryang berubah menjadi hijau sebagai indikasi konsumsi bahan bakar yang efisien.
Teknologi mobilitas pintar dalam hal keselamatan pengendara, penumpang, dan pengguna jalan lainnya, pun sudah diadopsi di hampir semua model dan varian. Di kelas mobil murah sekalipun, teknologi untuk berkendara dengan aman, nyaman, dan cerdas, sudah dibenamkan pada banyak unit produksi.


Ada teknologi Advance Drive Assist Display (ADAD), Rear View Camera, Around View Monitor dan Moving Object Detection, Vehicle Dynamic Control (VDC), Active Ride Control dan Active Engine Brake dengan Anti Lock Braking System (ABS), Brake Assist (BA), Electronic Brakeforce Distribution (EBD), Cornering Stability Assist, Emergency Brake, hingga Blind Spot Warning untuk memantau keamanan di area blind spot.
Berikutnya, ada fitur Lane Departure Warning, Cruise Control, Hill Start Assist dan Advance Hill Descent Control, Motion Adaptive EPS + VSA yang berfungsi mencegah gejala oversteer dan understeer saat menikung, hingga teknologi pengereman pintar Brake Override System yang mampu mendeteksi saat pedal gas serta pedal rem terinjak bersamaan dan secara otomatis memprioritaskan fungsi pengereman.
Tak ketinggalan fitur teknologi G-CON + ACE yang berfungsi menyalurkan dan meredam benturan hebat dari tabrakan untuk keselamatan pengendara, sekaligus menjaga kabin tetap utuh dan aman, serta atau fitur Pedestrian Protection yang memberi perlindungan bagi pejalan kaki.
Ada pula ParkSense Parallel/Perpendicular Park Assist yang membantu pengemudi dalam menemukan tempat parkir yang sesuai, lalu mengambil alih kemudi dan memarkir kendaran secara otomatis. Pengemudi hanya cukup menginjak pedal rem untuk mengatur kecepatan serta mengganti posisi transmisi dari D (Drive) ke R (Reserve) sesuai kebutuhan.
Dengan berlimpah teknologi seperti itu, maka kendaraan-kendaraan roda empat di Indonesia sebenarnya sudah mampu mengatasi beberapa masalah serius, khususnya dalam hal ketersediaan bahan bakar dan emisi gas buang.
Ini memang masih jauh dari konsep konsep Smart Mobility City ala Honda, ataupun Smart Mobility Society yang akan diujicobakan oleh Toyota Motors Corporation di Grenoble, Perancis,  akhir 2014. Bahkan masih belum memenuhi semua aspek dari program Smart, Green and Integrated Transport dalam konsep Horizon 2020 yang digagas oleh masyarakat Uni Eropa.
Akan tetapi, melalui tema Smart & Safe Mobility yang diterjemahkan dengan baik oleh APM-APM peserta, IIMS 2014 setidaknya sudah jauh lebih maju dalam hal mewujudkan komitmen berkendara cerdas dan bertanggung jawab. Impian terciptanya sebuah Smart Mobility Society di masa depan di negeri ini, rasanya bukan sekadar utopia.
IIMS 2014, dan GAIKINDO, juga sudah menunjukkan komitmennya dengan rutin menggelar konferensi Indonesia International Automotive Conference (IIAC) bersamaan dengan ajang IIMS, di mana tahun ini IIAC telah memasuki tahun kesembilan pelaksanaan.
Dari paparan masing-masing narasumber di IIAC ke-9 di Hotel Holiday Inn, Jakarta, 25 September 2014, mengemuka keprihatinan akan kondisi cadangan sumber daya minyak di dunia yang kian menipis, sementara kebutuhannya semakin besar, termasuk sektor transportasi yang saat ini menjadi pengguna energi terbesar.
Semua pihak memang perlu memperkuat komitmen untuk melaksanakan program otomotif yang berbasis teknologi ramah lingkungan, seperti Low Cost Green Car (LCGC), kendaraan hybrid, kendaraan berbahan bakar bio (biofuel), serta kendaraan elektrik. Tentu saja, untuk mewujudkan semua itu, diperlukan pengembangan menyeluruh (360 degree) dari semua pihak, baik dari pembuat kebijakan, pelaku industri, dan tentu saja kesadaran dan kecerdasan konsumen.

Minggu, 26 Juni 2016

SMART CITY

                                     Smart City

Perencanaan Smart City adalah   agenda global sebagai respon konseptual dan praktis terhadap berbagai krisis perkotaan di dunia yang   semakin mengkhawatirkan, untuk mengembalikan hubungan antara manusia, ruang binaan dan ruang alami yang lebih harmonis, sehingga tidak saling menyakiti. Melalui Smart City, tujuan-tujuan pembangunan perkotaan berkelanjutan dapat dicapai secara sistematis dan bertahap dengan perspektif jangka panjang.
Asumsi dasar yang digunakan sehingga pemikiran mengenai Smart City layak untuk dikedepankan menyangkut hal-hal berikut :
1.    Kota-kota Indonesia perlu secara cermat mengatasi persoalan ledakan penduduk perkotaan akibat urbanisasi yang brutal, tidak tertahankan, apabila kita berharap bahwa kota-kota tersebut dapat menjadi layak huni di masa mendatang. Salah satunya adalah dengan pengendalian jumlah penduduk dan redistribusinya, serta peningkatan kualitas pelayanan publik.
2.    Krisis perkotaan dapat kita hindari, sebagaimana yang terjadi di kotakota besar dan metropolitan yang telah mengalami obesitas perkotaan, apabila kita mampu menangani perkembangan kota-kota kecil dan menengah secara baik, antara lain dengan penyediaan ruang terbuka hijau, pengembangan jalur sepeda dan pedestrian, pengembangan kota kompak, dan pengendalian penjalaran kawasan pinggiran.

Smart city dapat didefinisikan menjadi 6 dimensi, yaitu :
1.    Smart Goverment( Pemenrintahan Pintar)
1.    Smart Economy (Ekonomi Pintar )
2.    Smart Live (Hidup pintar)
3.    Smart Living(Lingkungan pintar)
4.    Smart People(Orang/Masyarakat Pintar)
5.    Smart Mobility (Mobilitas pintar)

Pengertian 6 Sumbu Utama Smart City
1.    Ekonomi pintar (inovasi dan persaingan) : maksudnya ini adalah semakina tinggi inovasi-inovasi baru yag ditinkatkan maka akan menamnabah peluang usaha baru dan mningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
2.    Mobilitas pintar (transportasi dan infrastruktur) : Pengelolaan infrastruktur kota yang dikembangkan di masa depan merupakan sebuah sistern pengelolaan terpadu dan diorientasikan untuk menjamin keberpihakan pada kepentingan publik.
3.    Masyarakat pintar (kreativitas dan modal sosial) : Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan usahanya. Modal sosial termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, gotong royong, toleransi, penghargaan, saling memberi dan saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan
4.    Lingkungan pintar (keberlanjutan dan sumber daya) : lingkungan pintar itu berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan,Keberrlanjutan sumber daya,keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak,bagi masyarakat dan publik.lingkngan yang bersih tertata, RTH yang stabil merupakancontoh dari penerapan lingkungan yang pintar.
5.    Cerdas hidup (kualitas hidup dan kebudayaan) : Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau budaya yang berkualitas merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.
6.    Pemerintahan yang cerdas (pemberdayaan dan partisipasi). : Kunci utama keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip “desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, dan berdaya saing”.

Enam dimensi itu berhubungan dengan teori regional dan neoklasik pertumbuhan dan pembangunan perkotaan tradisional. Secara khusus, dimensi tersebut didasarkan pada daya saing masing-masing daerah, seperti transportasi, ICT, ekonomi, sumber daya alam, social, pemerintahan, dan lain-lain.
Smart city adalah sebuah impian dari hampir semua Negara di dunia. Dengan smart city, berbagai macam data dan informasi yang berada di setiap sudut kota dapat dikumpulkan melalui sensor yang terpasang di setiap sudut kota, dianalisis dengan aplikasi cerdas, selanjutnya disajikan sesuai dengan kebutuhan pengguna melalui aplikasi yang dapat diakses oleh berbagai jenis gadget. Melalui gadgetnya, secara interaktif pengguna juga dapat menjadi sumber data, mereka mengirim informasi ke pusat data untuk dikonsumsi oleh pengguna yang lain.
§  Konsep Smart City
Konsep smart city:
1.    Sebuah kota berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk, pemerintahan, mobilitas, lingkungan hidup
2.    Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur termasuk jalan, jembatan, terowongan, rel, kereta bawah tanah, bandara, pelabuhan, komunikasi, air, listrik, dan pengelolaan gedung. Dengan begitu dapat mengoptomalkan sumber daya yang dimilikinya serta merencanakan pencegahannya. Kegiatan pemeliharaan dan keamanan dipercayakan kepada penduduknya.
3.    Smart city dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT, infrastruktur social, dan bisnis infrastruktur untuk meningkatkan kecerdasan kota.
4.    Smart city membuat kota lebih efisien dan layak huni
5.    Penggunaan smart computing untuk membuat smart city dan fasilitasnya meliputi pendidikan, kesehatan, keselamatan umum, transportasi yang lebih cerdas, saling berhubungan dan efisien.
Konsep smart city awalnya diciptakan oleh perusahaan IBM. Sebelumnya berbagai nama sempat dibahas para ahli dunia dengan nama digital city atau smart city. Intinya smart city ini menggunakan teknologi informasi untuk menjalankan roda kehidupan kota yang lebih efisien. Versi IBM, smart city adalah sebuah kota yang instrumennya saling berhubungan dan berfungsi cerdas.

Faktor – factor yang Mempengaruhi Terwujudnya Smart City
Banyak faktor yang membuat smart city ini menjadi sukses di beberapa negara berkembang, selain inisiatif yang membuat smart city ini berhasil faktor lain yaitu :
1.    Manajemen dan Organisasi
2.    Teknologi
3.    Pemerintahan
4.    Kebijakan
5.    Masyarakat
6.    Ekonomi
7.    Infrastruktur dan,
8.    Lingkungan

1.    Manajemen dan Organisasi
Suatu organisasi harus memiliki manajemen yang terstruktur agar organisasi tersebut berjalan baik, seimbang dan lancar. Dalam hal ini factor organisasi dan manajemem merupakan factor yang menentukan kemajuan terciptanya smart city, karena manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.
2.    Teknologi
Sebuah smart city sangat bergantung pada smart computing. Smart computing mengacu pada generasi baru hardware, software dan jaringan teknologi yang menyediakan system IT yang real-time. Dengan analisis yang baik dan secara mendalam dapat membantu penduduk membuat keputusan yang lebih pintar yang diiringi dengan tindakan yang dapat mengoptimalkan proses bisnis.
Teknologi informasi merupakan sebuah pendorong utama bagi inisiatif smart city. Proyek pembangunan smart city dengan mengacu pada teknologi informasi dapat mengubah sejumlah peluang yang potensial, mereka dapat meningkatkan manajemen dan fungsi kota. Namun, meskipun banyak manfaat dari teknologi tersebut dampaknya masih belum terlihat jelas, karena terdapat kesenjangan social bagi penduduk yang tinggal di pedesaan yang belum mendapatkan fasilitas tersebut.
Maka dari itu pemerintah kota harus banyak mempertimbangkan faktor-faktor tertentu ketika mengimplementasikan teknologi informasi yang berkaitan dengan sumber daya, kapasitas, dan hal-hal yang berkaitan dengan kesenjangan social nantinya.
3.    Pemerintahan
Beberapa kota di Negara berkembang sudah memulai proyek pembangunan smart city yang inisiatif. Proyek ini disebut inisiatif smart city untuk melayani warga dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian, beberapa kota telah merasakan peningkatan kebutuhan pemerintahan untuk mengelola proyek. Dukungan dari pemerintah juga merupakan salah satu factor yang penting untuk kemajuan smart city. Karena tanpa dukungan pemerintah impian untuk
mewujudkan smart city akan sulit untuk diwujudkan.
4.    Kebijakan
Perpindahan dari sebuah kota biasa menjadi smart city   memerlukan interaksi komponen teknologi dengan politik dan kelembagaan. Komponen politik mewakili berbagai elemen dan tekanan eksternal, seperti kebijakan politik yang mungkin mempengaruhi ide dari pembuatan smart city. Konteks kebijakan sangat penting bagi pemahaman dari penggunaan system informasi. Pemerintah yang inovatif yang ikut serta dalam membangun smart city menekankan perubahan dalam suatu kebijakan.


5.    Masyarakat
Masyarakat merupakan bagian penting dari terciptanya smart city, karena dengan demikian kebiasaan-kebiasaan yang dulu mulai ditinggalkan. Proyek smart city berdampak pada kualitas hidup warga dengan tujuan menjadikan sebuah kota menjadi lebih efisien. Masyarakat juga dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan dan penyelenggaraan kota, serta menjadi pengguna kota yang aktif. Masyarakat juga adalah factoryang paling menentukan keberhasilan atau kegagalan terciptanya smart city.
6.    Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan pendorong utama smart city. Sebuah kota dengan daya saing ekonomi yang tinggi dianggap memiliki salah satu sifat smart city. Faktor ekonomi termasuk salah satu daya saing inovasi, kewirausahaan, dan produktivitas dari kota tersebut.
7.    Infrastruktur
Infrastruktur memegang peranan penting dalam membuat smart city. Karena smart city dibangun berdasarkan infrastruktur ICT seperti wi-fi dan hotspot. Pembangunan infrastuktur ICT merupakan hal yang mendasar dalam melakukan pembangunan smart city. Pembangunan infrastruktur tergantung pada beberapa factor yang terkait untuk kinerja dan ketersediannya.
8.    Lingkungan
Factor lingkungan dianggap sebagai factor yang mempengaruhi kemajuan smart city karena nantinya lingkungan sebuah kota menggunakan teknologi dalam menjalani kelangsungan hidup masyarakatnya

Tujuan Smart City
Tujuan dari konsep smart city ini adalah untuk mengatasi berbagai karakteristik inovasi ekosistem oleh semua gagasan smart city diantaranya menjadi kota hijau, saling berhubungan, terpadu untuk semua lapisan dan bentuk kota. Perencanan smart city menggunakan model referensi untuk menentukan konsep tata letak kota yang cerdas dan berkarakter. Smart city ini pada intinya memiliki 6 dimensi yaitu ekonomi yang cerdas, mobilitas cerdas, lingkungan pintar, orangnya cerdas, cerdas dalam hidup dan akhirnya pemerintahan yang cerdas pula. Konseptual Smart city dapat digunakan juga untuk evaluasi kemampuan inovatif pererencanaan kota. Selain itu model ini juga dapat untuk sinkronisasi dan pengoptimalan kota investasi dalam ekonomi dan broadband.
Tujuan utama dari pembangunan sebuah “Kota Pintar” (Smart City) adalah bagaimana kita melestarikan lingkungan, meningkatkan daya saing ekonomi dan membangun masyarakat yang madani. Institut investasi Indonesia (3i) bersama Federasi Pembangunan Perkotaan Indonesia (FePPI), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) berkepentingan untuk memulai kampanye pembangunan perkotaan di Indonesia agar menjadi lebih cerdas dan lebih sukses, sebuah “Kota Pintar” yang mampu mendukung masyarakatnya untuk hidup makmur, adil dan sejahtera.

Contoh Fasilitas Kota Berkonsep Smart City
Teknologi modern serta perencanaan kota yang ramah lingkungan telah menghasilkan sejumlah inovasi baru. Banyak kota besar di dunia berusaha meningkatkan keseimbangan secara berkelanjutan, yang akan menjadi daya tarik kota itu sendiri. Berbagai macam inovasi berkembang ke berbagai unsur layanan kota pintar. Berikut adalah contoh dari fasilitas kota dengan konsep “Smart City”
§  Perumahan dan Gedung Perkantoran
Untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam pengoperasian bangunan dan konstruksi, di beberapa kota telah dilakukan perbaikan pada infrastruktur serta sertifikasi bangunan untuk mengurangi penggunaan listrik dan air. Penggunaan “smart metering” dan “smart building” teknologi membantu memaksimalisasi kontrol penggunaan.Pengaturan kode etik dalam proses pembangunan, standarisasi dan sertifikasi adalah salah satu cara penting untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan. Banyak kota telah menjalankan program pengawasan kodeetik dan standar dalam proses pembangunan dan renovasi gedung.
§  Pengelolaan sumber daya alam
Dalam hal pasokan dasar sumber daya alam, banyak kota yang bekerja keras untuk mengurangi intensitas karbon dari energi yang digunakan masyarakat serta meningkatkan efektifitas, efisiensi pasokan dan jaringan distribusi.Berbagai sumber energi terbarukan seperti energi tenaga air, angin, sampah, ombak, matahari, dan panas bumi akan menjadi sumber energi penting. Pada tahun 2010, lebih dari 100 negara telah menetapkan target untuk energi terbarukan, naik dari hanya 55 negara pada tahun 2005. Sampai tahun 2020 penggunaan energi terbarukan ditargetkan sekitar 15% hingga 25%, tetapi ada beberapanegara sudah melampaui target ini

§  Kesehatan dan keselamatan
Teknologi informasi dan telekomunikasi secara inovatif telah mengubah kemampuan kota untuk menyediakan.pelayanan kesehatan jarak jauh kepada masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di panti jompo dan daerah terpencil.Penerapan teknologi modern merupakan bagian terpenting dari proyek ini.Beberapa pasien dilengkapi dengan perangkat yang dapat mengukur tekanan darah dan glukosa darah secara otomatis, menggunakan sebuah televisi “set-top box” yang berfungsi sebagai computer yang mampu meng-upload hasil tes ke Service Center Telecare.Para perawat kemudian menganalisa hasil diagnosa tersebut dan merekomendasikan perawatan yangdiperlukan.Salah satu manfaat dari program ini adalah bahwa pasien tidak harus meninggalkan tempat tinggalnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
§  Pendidikan dan budaya
Model pelayanan pendidikan pada kota pintar (Smart City) baik negeri maupun swasta, diterapkan terutama menggunakan teknologi modern. Termasuk penyediaan fasilitas untuk kegiatan rekreasi dan kebudayaan seperti :musik, teater, olahraga dan kegiatan rekreasi lainnya. Tidak kalah pentingnya, pendidikan dalam konteks Kota Pintar (Smart City) adalah kebutuhan untuk melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan, dimana akan terjadi perubahan perilaku untuk menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan keseluruhan aspek keberlanjutan dan kesehatan lingkungan kota.

Faktor-faktori Pertimbangan Perencanaan Smart City
Berikut ini adalah beberapa faktor yang penting untuk dipertimbangkan saat merencanakan sebuah kota menjadi Smart City.
1.    Mendorong dan mengembangkan pola baru struktur
kepemimpinan dan tata kelola Kota dan para pelaku usaha harus dapat bekerjasama dalam memperjuangkan konsep Smart City, menyikapi tantangan dengan bijaksana untuk mendapatkan keberhasilan dalam melayani masyarakat. Pemimpin Kabupaten/Kota perlu kepercayaan dan dukungan dari mitra usaha; demikian juga sebaliknya, para pelaku usaha membutuhkan dukungan dari
2.    Para pemimpin kota.
Bekerjasama dengan melibatkan semua pihakUntuk berhasil melaksanakan misi sebagai Kota pintar, Pemimpin Kabupaten/Kota harus dapat bekerjasama menyelaraskan kepentingan dan tujuan dari berbagai sektor, lembaga masyarakat, sektor swasta dan seluruh komponen masyarakat.
3.    Membangun dan menggunakan infrastruktur pintar
Pemimpin Kabupaten/Kota harus mulai menjajaki teknologi dan konsep infrastruktur yang modern, terintegrasi dan pintar. Dengan menghadiri Konferensi dan pameran teknologi di seluruh dunia sehingga memiliki pengetahuan dan menimba pengalaman dari berbagai kota di negara lain sehingga akan lebih mudah untuk memulai inisiatif pembangunan kota pintar di daerahnya.
4.    Mempersiapkan model pembiayaan yang mampu

Menjawab tantangan dan peluang ke depanModel standar pembiayaan investasi infrastruktur konvensional biasanya tidak memadai dalam membangun sebuah kota pintar, sehingga diperlukan model dan pendekatan baru. Misalnya, menggunakan tabungan dari teknologi dengan model jatuh tempo seperti smart meter, bisa mendanai penelitian teknologi lainnya dan pengembangan bersama berbagai bagian dari infrastruktur pintar.