Smart City
Perencanaan Smart City
adalah agenda global sebagai respon konseptual dan praktis terhadap
berbagai krisis perkotaan di dunia yang semakin mengkhawatirkan,
untuk mengembalikan hubungan antara manusia, ruang binaan dan ruang alami yang
lebih harmonis, sehingga tidak saling menyakiti. Melalui Smart City,
tujuan-tujuan pembangunan perkotaan berkelanjutan dapat dicapai secara
sistematis dan bertahap dengan perspektif jangka panjang.
Asumsi dasar yang digunakan sehingga
pemikiran mengenai Smart City layak untuk dikedepankan menyangkut hal-hal
berikut :
1.
Kota-kota Indonesia perlu secara cermat mengatasi persoalan ledakan
penduduk perkotaan akibat urbanisasi yang brutal, tidak tertahankan, apabila
kita berharap bahwa kota-kota tersebut dapat menjadi layak huni di masa
mendatang. Salah satunya adalah dengan pengendalian jumlah penduduk dan
redistribusinya, serta peningkatan kualitas pelayanan publik.
2.
Krisis perkotaan dapat kita hindari, sebagaimana yang terjadi di
kotakota besar dan metropolitan yang telah mengalami obesitas perkotaan,
apabila kita mampu menangani perkembangan kota-kota kecil dan menengah secara
baik, antara lain dengan penyediaan ruang terbuka hijau, pengembangan jalur
sepeda dan pedestrian, pengembangan kota kompak, dan pengendalian penjalaran
kawasan pinggiran.
Smart city dapat didefinisikan
menjadi 6 dimensi, yaitu :
1.
Smart Goverment( Pemenrintahan Pintar)
1.
Smart Economy (Ekonomi Pintar )
2.
Smart Live (Hidup pintar)
3.
Smart Living(Lingkungan pintar)
4.
Smart People(Orang/Masyarakat Pintar)
5.
Smart Mobility (Mobilitas pintar)
Pengertian 6 Sumbu Utama Smart City
1.
Ekonomi pintar (inovasi dan persaingan) : maksudnya ini adalah semakina
tinggi inovasi-inovasi baru yag ditinkatkan maka akan menamnabah peluang usaha
baru dan mningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
2.
Mobilitas pintar (transportasi dan infrastruktur) : Pengelolaan
infrastruktur kota yang dikembangkan di masa depan merupakan sebuah sistern
pengelolaan terpadu dan diorientasikan untuk menjamin keberpihakan pada
kepentingan publik.
3.
Masyarakat pintar (kreativitas dan modal sosial) : Pembangunan
senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital),
modal manusia (human capital) maupun modal sosial
(social capital). Kemudahan akses modal dan
pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
mereka dalam mengembangkan usahanya. Modal sosial termasuk elemen-elemennya
seperti kepercayaan, gotong royong, toleransi, penghargaan, saling memberi dan
saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa
tanggungjawab terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses
demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan
4.
Lingkungan pintar (keberlanjutan dan sumber daya) : lingkungan pintar
itu berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan,Keberrlanjutan sumber
daya,keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak,bagi masyarakat dan
publik.lingkngan yang bersih tertata, RTH yang stabil merupakancontoh dari
penerapan lingkungan yang pintar.
5.
Cerdas hidup (kualitas hidup dan kebudayaan) : Berbudaya, berarti bahwa
manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut
bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri.
Pencapaian budaya pada manusia, secara langsung maupun tidak langsung merupakan
hasil dari pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik adalah jaminan atas
kualitas budaya, dan atau budaya yang berkualitas merupakan hasil dari
pendidikan yang berkualitas.
6.
Pemerintahan yang cerdas (pemberdayaan dan partisipasi). : Kunci utama
keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good
Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum,
kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas,
dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip
“desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung
jawab, dan berdaya saing”.
Enam dimensi itu berhubungan dengan
teori regional dan neoklasik pertumbuhan dan pembangunan perkotaan tradisional.
Secara khusus, dimensi tersebut didasarkan pada daya saing masing-masing
daerah, seperti transportasi, ICT, ekonomi, sumber daya alam, social,
pemerintahan, dan lain-lain.
Smart city adalah sebuah impian dari
hampir semua Negara di dunia. Dengan smart city, berbagai macam data dan
informasi yang berada di setiap sudut kota dapat dikumpulkan melalui sensor
yang terpasang di setiap sudut kota, dianalisis dengan aplikasi cerdas,
selanjutnya disajikan sesuai dengan kebutuhan pengguna melalui aplikasi yang
dapat diakses oleh berbagai jenis gadget. Melalui gadgetnya, secara interaktif
pengguna juga dapat menjadi sumber data, mereka mengirim informasi ke pusat
data untuk dikonsumsi oleh pengguna yang lain.
§ Konsep Smart City
Konsep smart city:
1.
Sebuah kota berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi,
penduduk, pemerintahan, mobilitas, lingkungan hidup
2.
Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur
termasuk jalan, jembatan, terowongan, rel, kereta bawah tanah, bandara,
pelabuhan, komunikasi, air, listrik, dan pengelolaan gedung. Dengan begitu
dapat mengoptomalkan sumber daya yang dimilikinya serta merencanakan
pencegahannya. Kegiatan pemeliharaan dan keamanan dipercayakan kepada
penduduknya.
3.
Smart city dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT,
infrastruktur social, dan bisnis infrastruktur untuk meningkatkan kecerdasan
kota.
4.
Smart city membuat kota lebih efisien dan layak huni
5.
Penggunaan smart computing untuk membuat smart city dan fasilitasnya
meliputi pendidikan, kesehatan, keselamatan umum, transportasi yang lebih
cerdas, saling berhubungan dan efisien.
Konsep smart city awalnya diciptakan
oleh perusahaan IBM. Sebelumnya berbagai nama sempat dibahas para ahli dunia
dengan nama digital city atau smart city. Intinya smart city ini menggunakan
teknologi informasi untuk menjalankan roda kehidupan kota yang lebih efisien.
Versi IBM, smart city adalah sebuah kota yang instrumennya saling berhubungan
dan berfungsi cerdas.
Faktor – factor yang Mempengaruhi Terwujudnya Smart City
Banyak faktor yang membuat smart city
ini menjadi sukses di beberapa negara berkembang, selain inisiatif yang membuat
smart city ini berhasil faktor lain yaitu :
1.
Manajemen dan Organisasi
2.
Teknologi
3.
Pemerintahan
4.
Kebijakan
5.
Masyarakat
6.
Ekonomi
7.
Infrastruktur dan,
8.
Lingkungan
1. Manajemen dan Organisasi
Suatu organisasi harus memiliki
manajemen yang terstruktur agar organisasi tersebut berjalan baik, seimbang dan
lancar. Dalam hal ini factor organisasi dan manajemem merupakan factor yang
menentukan kemajuan terciptanya smart city, karena manusia yang membuat tujuan
dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.
2. Teknologi
Sebuah smart city sangat bergantung
pada smart computing. Smart computing mengacu pada generasi baru hardware,
software dan jaringan teknologi yang menyediakan system IT yang real-time.
Dengan analisis yang baik dan secara mendalam dapat membantu penduduk membuat
keputusan yang lebih pintar yang diiringi dengan tindakan yang dapat
mengoptimalkan proses bisnis.
Teknologi informasi merupakan sebuah
pendorong utama bagi inisiatif smart city. Proyek pembangunan smart city dengan
mengacu pada teknologi informasi dapat mengubah sejumlah peluang yang
potensial, mereka dapat meningkatkan manajemen dan fungsi kota. Namun, meskipun
banyak manfaat dari teknologi tersebut dampaknya masih belum terlihat jelas,
karena terdapat kesenjangan social bagi penduduk yang tinggal di pedesaan yang
belum mendapatkan fasilitas tersebut.
Maka dari itu pemerintah kota harus
banyak mempertimbangkan faktor-faktor tertentu ketika mengimplementasikan
teknologi informasi yang berkaitan dengan sumber daya, kapasitas, dan hal-hal
yang berkaitan dengan kesenjangan social nantinya.
3. Pemerintahan
Beberapa kota di Negara berkembang
sudah memulai proyek pembangunan smart city yang inisiatif. Proyek ini disebut
inisiatif smart city untuk melayani warga dan untuk meningkatkan kualitas hidup
mereka. Dengan demikian, beberapa kota telah merasakan peningkatan kebutuhan
pemerintahan untuk mengelola proyek. Dukungan dari pemerintah juga merupakan
salah satu factor yang penting untuk kemajuan smart city. Karena tanpa dukungan
pemerintah impian untuk
mewujudkan smart city akan sulit
untuk diwujudkan.
4. Kebijakan
Perpindahan dari sebuah kota biasa
menjadi smart city memerlukan interaksi komponen teknologi dengan
politik dan kelembagaan. Komponen politik mewakili berbagai elemen dan tekanan
eksternal, seperti kebijakan politik yang mungkin mempengaruhi ide dari pembuatan
smart city. Konteks kebijakan sangat penting bagi pemahaman dari penggunaan
system informasi. Pemerintah yang inovatif yang ikut serta dalam membangun
smart city menekankan perubahan dalam suatu kebijakan.
5. Masyarakat
Masyarakat merupakan bagian penting
dari terciptanya smart city, karena dengan demikian kebiasaan-kebiasaan yang
dulu mulai ditinggalkan. Proyek smart city berdampak pada kualitas hidup warga
dengan tujuan menjadikan sebuah kota menjadi lebih efisien. Masyarakat juga
dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan dan penyelenggaraan kota,
serta menjadi pengguna kota yang aktif. Masyarakat juga adalah factoryang
paling menentukan keberhasilan atau kegagalan terciptanya smart city.
6. Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan pendorong
utama smart city. Sebuah kota dengan daya saing ekonomi yang tinggi dianggap
memiliki salah satu sifat smart city. Faktor ekonomi termasuk salah satu daya
saing inovasi, kewirausahaan, dan produktivitas dari kota tersebut.
7. Infrastruktur
Infrastruktur memegang peranan
penting dalam membuat smart city. Karena smart city dibangun berdasarkan
infrastruktur ICT seperti wi-fi dan hotspot. Pembangunan infrastuktur ICT
merupakan hal yang mendasar dalam melakukan pembangunan smart city. Pembangunan
infrastruktur tergantung pada beberapa factor yang terkait untuk kinerja dan
ketersediannya.
8. Lingkungan
Factor lingkungan dianggap sebagai
factor yang mempengaruhi kemajuan smart city karena nantinya lingkungan sebuah
kota menggunakan teknologi dalam menjalani kelangsungan hidup masyarakatnya
Tujuan Smart City
Tujuan dari konsep smart
city ini adalah untuk mengatasi berbagai karakteristik inovasi ekosistem
oleh semua gagasan smart city diantaranya menjadi kota hijau, saling
berhubungan, terpadu untuk semua lapisan dan bentuk kota. Perencanan smart
city menggunakan model referensi untuk menentukan konsep tata letak kota
yang cerdas dan berkarakter. Smart city ini pada intinya memiliki 6
dimensi yaitu ekonomi yang cerdas, mobilitas cerdas, lingkungan pintar,
orangnya cerdas, cerdas dalam hidup dan akhirnya pemerintahan yang cerdas pula.
Konseptual Smart city dapat digunakan juga untuk evaluasi kemampuan
inovatif pererencanaan kota. Selain itu model ini juga dapat untuk sinkronisasi
dan pengoptimalan kota investasi dalam ekonomi dan broadband.
Tujuan utama dari pembangunan sebuah
“Kota Pintar” (Smart City) adalah bagaimana kita melestarikan lingkungan,
meningkatkan daya saing ekonomi dan membangun masyarakat yang madani. Institut
investasi Indonesia (3i) bersama Federasi Pembangunan Perkotaan Indonesia
(FePPI), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dan Asosiasi
Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) berkepentingan untuk memulai
kampanye pembangunan perkotaan di Indonesia agar menjadi lebih cerdas dan lebih
sukses, sebuah “Kota Pintar” yang mampu mendukung masyarakatnya untuk hidup
makmur, adil dan sejahtera.
Contoh Fasilitas Kota Berkonsep Smart
City
Teknologi modern serta perencanaan
kota yang ramah lingkungan telah menghasilkan sejumlah inovasi baru. Banyak
kota besar di dunia berusaha meningkatkan keseimbangan secara berkelanjutan,
yang akan menjadi daya tarik kota itu sendiri. Berbagai macam inovasi
berkembang ke berbagai unsur layanan kota pintar. Berikut adalah contoh dari
fasilitas kota dengan konsep “Smart City”
§ Perumahan dan Gedung Perkantoran
Untuk mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan dalam pengoperasian bangunan dan konstruksi, di beberapa
kota telah dilakukan perbaikan pada infrastruktur serta sertifikasi bangunan
untuk mengurangi penggunaan listrik dan air. Penggunaan “smart metering” dan
“smart building” teknologi membantu memaksimalisasi kontrol
penggunaan.Pengaturan kode etik dalam proses pembangunan, standarisasi dan
sertifikasi adalah salah satu cara penting untuk menciptakan bangunan yang
ramah lingkungan. Banyak kota telah menjalankan program pengawasan kodeetik dan
standar dalam proses pembangunan dan renovasi gedung.
§ Pengelolaan sumber daya alam
Dalam hal pasokan dasar sumber daya
alam, banyak kota yang bekerja keras untuk mengurangi intensitas karbon dari
energi yang digunakan masyarakat serta meningkatkan efektifitas, efisiensi
pasokan dan jaringan distribusi.Berbagai sumber energi terbarukan seperti
energi tenaga air, angin, sampah, ombak, matahari, dan panas bumi akan menjadi
sumber energi penting. Pada tahun 2010, lebih dari 100 negara telah menetapkan
target untuk energi terbarukan, naik dari hanya 55 negara pada tahun 2005.
Sampai tahun 2020 penggunaan energi terbarukan ditargetkan sekitar 15% hingga
25%, tetapi ada beberapanegara sudah melampaui target ini
§ Kesehatan dan keselamatan
Teknologi informasi dan
telekomunikasi secara inovatif telah mengubah kemampuan kota untuk
menyediakan.pelayanan kesehatan jarak jauh kepada masyarakat, terutama
masyarakat yang tinggal di panti jompo dan daerah terpencil.Penerapan teknologi
modern merupakan bagian terpenting dari proyek ini.Beberapa pasien dilengkapi
dengan perangkat yang dapat mengukur tekanan darah dan glukosa darah secara
otomatis, menggunakan sebuah televisi “set-top box” yang berfungsi sebagai
computer yang mampu meng-upload hasil tes ke Service Center Telecare.Para perawat kemudian menganalisa hasil
diagnosa tersebut dan merekomendasikan perawatan yangdiperlukan.Salah satu
manfaat dari program ini adalah bahwa pasien tidak harus meninggalkan tempat
tinggalnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
§ Pendidikan dan budaya
Model pelayanan pendidikan pada kota
pintar (Smart City) baik negeri maupun swasta, diterapkan terutama menggunakan
teknologi modern. Termasuk penyediaan fasilitas untuk kegiatan rekreasi dan
kebudayaan seperti :musik, teater, olahraga dan kegiatan rekreasi lainnya.
Tidak kalah pentingnya, pendidikan dalam konteks Kota Pintar (Smart City)
adalah kebutuhan untuk melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan, dimana
akan terjadi perubahan perilaku untuk menjadi lebih baik sehingga dapat
meningkatkan keseluruhan aspek keberlanjutan dan kesehatan lingkungan kota.
Faktor-faktori Pertimbangan Perencanaan
Smart City
Berikut ini adalah beberapa faktor
yang penting untuk dipertimbangkan saat merencanakan sebuah kota menjadi Smart
City.
1.
Mendorong dan mengembangkan pola baru struktur
kepemimpinan dan tata kelola Kota dan
para pelaku usaha harus dapat bekerjasama dalam memperjuangkan konsep Smart
City, menyikapi tantangan dengan bijaksana untuk mendapatkan keberhasilan dalam
melayani masyarakat. Pemimpin Kabupaten/Kota perlu kepercayaan dan dukungan
dari mitra usaha; demikian juga sebaliknya, para pelaku usaha membutuhkan dukungan
dari
2.
Para pemimpin kota.
Bekerjasama dengan melibatkan semua
pihakUntuk berhasil melaksanakan misi sebagai Kota pintar, Pemimpin
Kabupaten/Kota harus dapat bekerjasama menyelaraskan kepentingan dan tujuan
dari berbagai sektor, lembaga masyarakat, sektor swasta dan seluruh komponen
masyarakat.
3.
Membangun dan menggunakan infrastruktur pintar
Pemimpin Kabupaten/Kota harus mulai
menjajaki teknologi dan konsep infrastruktur yang modern, terintegrasi dan
pintar. Dengan menghadiri Konferensi dan pameran teknologi di seluruh dunia
sehingga memiliki pengetahuan dan menimba pengalaman dari berbagai kota di
negara lain sehingga akan lebih mudah untuk memulai inisiatif pembangunan kota
pintar di daerahnya.
4.
Mempersiapkan model pembiayaan yang mampu
Menjawab tantangan dan peluang ke
depanModel standar pembiayaan investasi infrastruktur konvensional biasanya
tidak memadai dalam membangun sebuah kota pintar, sehingga diperlukan model dan
pendekatan baru. Misalnya, menggunakan tabungan dari teknologi dengan model
jatuh tempo seperti smart meter, bisa mendanai penelitian teknologi lainnya dan
pengembangan bersama berbagai bagian dari infrastruktur pintar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar