Mendefinisikan
Smart Environment sebagai " dunia kecil di mana berbagai jenis perangkat
pintar terus bekerja untuk membuat hidup penduduk ' lebih nyaman ’ . "
Smart Environment bertujuan untuk memenuhi pengalaman individu dari setiap lingkungan
, dengan mengganti pekerjaan berbahaya , pekerjaan fisik , dan tugas yang
berulang dengan agen otomatis . Poslad membedakan tiga macam Smart Environment
untuk sistem , layanan dan perangkat lingkungan virtual ( atau
didistribusikan ) komputasi , lingkungan fisik dan lingkungan manusia , atau
kombinasi hibrida ini :
Lingkungan komputasi virtual memungkinkan
perangkat pintar untuk mengakses layanan terkait di mana saja dan kapan saja.
Lingkungan fisik dapat tertanam dengan berbagai perangkat pintar dari berbagai
jenis termasuk tag , sensor dan controller dan memiliki faktor bentuk yang
berbeda mulai dari nano ke mikro ke makro berukuran .
Manusia lingkungan : manusia , baik
secara individual maupun kolektif , secara inheren membentuk lingkungan cerdas
untuk perangkat . Namun, manusia mungkin sendiri disertai dengan perangkat
pintar seperti ponsel , menggunakan perangkat permukaan - mount ( komputasi
dapat dipakai ) dan mengandung embedded device ( misalnya , alat pacu jantung
untuk mempertahankan operasi jantung sehat ) .
Penererapan Smart Environment telah
dilakukan di berbagai negara, antara lain adalah di kota kota di Jepang, dan
kota-kota di benua Eropa. Applikasinya adalah dengan menyapu jalan yang bukan
lagi menggunakan tenaga manusia seutuhnya, melainkan melalui teknologi yang
manusia hanya sebagai operatornya. Kendaraan ini bernama X-CAV. Kendaraan ini
dirancang menggunakan penghisap sampah pada bagian bawahnya, dan memiliki
keunikan karena dapat menyesuaikan dengan lebar jalan.
(mobil
penyapu jalan X-CAV)
Yang kedua adalah penginformasian keadaan
lingkungan secara digital, yang telah ada di berbagai dunia. Trmasuk Indonesia,
alat ini menjadikan informasi keadaan keadaan lingkungan mulai dari tingkat
polusi, suhu, kelembapan, prakiraan cuaca, dan sebagainya dapat diakse secara
mudah, biasanya ditempatkan di tempat-tempat strategis.
(Alat informasi keadaan lingkungan secara
digital)
Permasalahan lingkungan yang terjadi
saat sekarang ini disebabkan oleh dua hal yaitu: pertama, karena kejadian alam
yang harus terjadi sebagai sebuah proses dinamika alam itu sendiri. Kedua,
sebagai akibat dari perbuatan manusia. Eksploitasi sumber daya alam yang tidak
ramah lingkungan menimbulkan kerusakan yang akhirnya juga mengancam eksistensi
manusia. Berkaitan dengan hal ini Alloh berfirman : “Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar)“ (QS 30:41).
Islam sebagai Rahmatan lil’alamin telah
mengatur adab terhadap lingkungan. Hal ini dapat kita temukan dalam banyak
keterangan, sejarah serta aktivitas ibadah maghdah. Yang paling jelas adalah
refleksi kesadaran lingkungan dalam ibadah haji. Ketika mulai berihram atau
memasuki tanah Haram, jemaah haji atau manusia tidak diperkenankan menyakiti
binatang, menumbangkan pepohonan, bahkan memetik rumput sekalipun (Republika,
2007). Konsep pelestarian lingkungan
juga telah diaplikasikan oleh Rosululloh dengan
memperkenalkan kawasan lindung (hima’), yakni suatu kawasan yang khusus
dilindungi pemerintah atas dasar syari’at guna melestarikan kehidupan liar di
hutan. Nabi pernah mencagarkan kawasan sekitar Madinah sebagai hima’ guna
melindungi lembah, padang rumput dan tumbuhan yang ada di dalamnya. Selain
hima’, Islam juga memperkenalkan konsep ihya’ul mawat, yakni usaha mengelola
lahan yang masih belum bermanfaat menjadi berguna bagi manusia.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa Islam
memiliki perspektif lingkungan yang sangat kuat yang tidak hanya ada dalam
tataran normatif tetapi juga telah dicontohkan Rasulullah selama perjalanan risalahnya.
Upaya untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan melalui pendidikan lingkungan pada
umat Islam akan memberikan andil besar dalam mencegah perusakan lingkungan
lebih jauh bahkan memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi. Sebagai unit sosial terkecil, keluarga
memegang peran yang penting dalam pendidikan lingkungan. Dalam hal ini seorang
ibu sebagai pendidik utama anak-anaknya dapat berkontribusi sangat besar dalam
menanamkan nilai-nilai ramah lingkungan dalam keluarga. Hal ini bisa dilakukan
dengan kebiasaan-kebiasaan yang sederhana misalnya menghemat air, menyayangi
binatang, membuang sampah pada tempatnya, menanam dan memelihara pohon,
mematikan alat elektronik dan lampu
ketika tidak digunakan, dll. Hal-hal kecil yang dapat berdampak besar apabila dilakukan
secara berjamaah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar